Arjuna (Dewanagari:
अर्जुन; IAST: Arjuna) adalah nama seorang tokoh protagonis
dalam wiracarita
Mahabharata.
Ia dikenal sebagai anggota Pandawa yang berparas menawan dan berhati lemah lembut. Dalam
Mahabharata diriwayatkan bahwa ia merupakan putra Prabu Pandu, raja di Hastinapura
dengan Kunti atau
Perta, putri Prabu Surasena, raja Wangsa Yadawa di Mathura. Mahabharata
mendeskripsikan Arjuna sebagai teman dekat Kresna, yang
disebut dalam kitab
Purana sebagai awatara
(penjelmaan) Dewa
Wisnu. Hubungan antara Arjuna dan Kresna sangat erat, sehingga Arjuna
meminta kesediaannya sebagai penasihat sekaligus kusir kereta Arjuna saat
perang antara Pandawa
dan Korawa
berkecamuk (Bharatayuddha). Dialog antara Kresna dan Arjuna
sebelum perang Bharatayuddha berlangsung terangkum dalam suatu kitab tersendiri
yang disebut Bhagawadgita, yang secara garis besar berisi wejangan
suci yang disampaikan oleh Kresna karena Arjuna mengalami keragu-raguan untuk
menunaikan kewajibannya sebagai seorang kesatria di medan perang.[1]
Arjuna dalam pewayangan Jawa
Arjuna
merupakan seorang tokoh ternama dalam dunia pewayangan dalam budaya Jawa Baru. Beberapa ciri
khas Arjuna versi pewayangan mungkin berbeda dengan ciri khas Arjuna dalam
kitab Mahābhārata versi India
dengan bahasa Sanskerta.
Dalam dunia pewayangan, Arjuna digambarkan sebagai seorang kesatria yang gemar berkelana, bertapa, dan
berguru. Selain menjadi murid Resi Drona di Padepokan
Sukalima, ia juga menjadi murid Resi Padmanaba dari Pertapaan Untarayana.
Arjuna pernah menjadi brahmana di Goa Mintaraga,
bergelar Bagawan Ciptaning. Ia dijadikan kesatria unggulan para dewa untuk
membinasakan Prabu
Niwatakawaca, raja raksasa dari negara Manimantaka. Atas jasanya
itu, Arjuna dinobatkan sebagai raja di Kahyangan Dewa Indra, bergelar Prabu
Karitin. dan mendapat anugrah pusaka-pusaka sakti dari para dewa, antara lain:
Gendewa (dari Bhatara Indra), Panah Ardadadali (dari Bhatara Kuwera), Panah Cundamanik (dari Bhatara Narada). Setelah perang Bharatayuddha, Arjuna menjadi raja di Negara
Banakeling, bekas kerajaan Jayadrata.
Arjuna
memiliki sifat cerdik dan pandai, pendiam, teliti, sopan-santun, berani dan
suka melindungi yang lemah. Ia memimpin Kadipaten Madukara, dalam wilayah
negara Amarta. Ia adalah petarung tanpa tanding di medan laga, meski bertubuh
ramping berparas rupawan sebagaimana seorang dara, berhati lembut meski
berkemauan baja, kesatria dengan segudang istri
dan kekasih meski mampu melakukan tapa yang paling berat, seorang kesatria dengan kesetiaan terhadap keluarga yang
mendalam tapi kemudian mampu memaksa dirinya sendiri untuk membunuh saudara
tirinya.
Bagi generasi tua Jawa, dia adalah perwujudan lelaki seutuhnya. Sangat berbeda dengan Yudistira, dia sangat menikmati hidup di dunia. Petualangan cintanya senantiasa memukau orang Jawa, tetapi secara aneh dia sepenuhnya berbeda dengan Don Juan yang selalu mengejar wanita. Konon Arjuna begitu halus dan tampan sosoknya sehingga para puteri begitu, juga para dayang, akan segera menawarkan diri mereka. Merekalah yang mendapat kehormatan, bukan Arjuna. Ia sangat berbeda dengan Wrekudara. Dia menampilkan keanggunan tubuh dan kelembutan hati yang begitu dihargai oleh orang Jawa berbagai generasi.
Bagi generasi tua Jawa, dia adalah perwujudan lelaki seutuhnya. Sangat berbeda dengan Yudistira, dia sangat menikmati hidup di dunia. Petualangan cintanya senantiasa memukau orang Jawa, tetapi secara aneh dia sepenuhnya berbeda dengan Don Juan yang selalu mengejar wanita. Konon Arjuna begitu halus dan tampan sosoknya sehingga para puteri begitu, juga para dayang, akan segera menawarkan diri mereka. Merekalah yang mendapat kehormatan, bukan Arjuna. Ia sangat berbeda dengan Wrekudara. Dia menampilkan keanggunan tubuh dan kelembutan hati yang begitu dihargai oleh orang Jawa berbagai generasi.
Arjuna
juga memiliki pusaka-pusaka sakti lainnya, atara lain: Keris Kiai Kalanadah
diberikan pada Gatotkaca saat
mempersunting Dewi Pergiwa (putra Arjuna), Panah Sangkali (dari Resi
Drona), Panah Candranila, Panah Sirsha, Panah Kiai Sarotama, Panah Pasupati (dari Batara Guru), Panah Naracabala, Panah
Ardhadhedhali, Keris Kiai Baruna, Keris Pulanggeni (diberikan pada Abimanyu), Terompet Dewanata, Cupu berisi minyak Jayengkaton
(pemberian Bagawan Wilawuk dari pertapaan Pringcendani) dan Kuda Ciptawilaha
dengan Cambuk Kiai Pamuk. Sedangkan ajian yang dimiliki
Arjuna antara lain: Panglimunan, Tunggengmaya, Sepiangin, Mayabumi, Pengasih dan Asmaragama. Arjuna juga memiliki pakaian yang melambangkan kebesaran, yaitu Kampuh atau Kain Limarsawo, Ikat Pinggang Limarkatanggi, Gelung Minangkara, Kalung Candrakanta dan Cincin Mustika Ampal (dahulunya milik Prabu Ekalaya, raja negara Paranggelung).
Arjuna antara lain: Panglimunan, Tunggengmaya, Sepiangin, Mayabumi, Pengasih dan Asmaragama. Arjuna juga memiliki pakaian yang melambangkan kebesaran, yaitu Kampuh atau Kain Limarsawo, Ikat Pinggang Limarkatanggi, Gelung Minangkara, Kalung Candrakanta dan Cincin Mustika Ampal (dahulunya milik Prabu Ekalaya, raja negara Paranggelung).
Istri dan keturunan
Dalam Mahabharata versi pewayangan Jawa, Arjuna mempunyai banyak sekali istri,itu semua sebagai simbol penghargaan atas jasanya ataupun atas keuletannya yang selalu berguru kepada banyak pertapa. Berikut sebagian kecil istri dan anak-anaknya:
2.
Dewi Sulastri,
berputra Raden Sumitra
3.
Dewi Larasati, berputra Raden Bratalaras
5.
Dewi Jimambang,
berputra Kumaladewa dan Kumalasakti
6.
Dewi Ratri, berputra
Bambang Wijanarka
7.
Dewi Dresanala,
berputra Raden Wisanggeni
8.
Dewi Wilutama,
berputra Bambang Wilugangga
9.
Dewi Manuhara, berputra Endang Pregiwa dan Endang
Pregiwati
10. Dewi Supraba, berputra Raden Prabakusuma
11. Dewi Antakawulan, berputra Bambang Antakadewa
12. Dewi Juwitaningrat, berputra Bambang Sumbada
13. Dewi Maheswara
14. Dewi Retno Kasimpar
15. Dewi Dyah Sarimaya
16. Dewi Srikandi
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Arjuna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar